Mengingat pentingnya proyek baru ini bagi kawasan, Chihoko Asada-Miyakawa, Asisten Direktur Jenderal ILO dan Direktur Regional ILO untuk Asia dan Pasifik menyatakan, Migrasi kerja merupakan pendorong pembangunan ekonomi dan sosial di negara asal dan tujuan, memberikan manfaat bagi pekerja migran, komunitas dan pemberi kerja.
“Kebijakan dan pendekatan tata kelola migrasi harus responsif gender, lebih inklusif dan sejalan dengan standar ketenagakerjaan internasional apabila kita ingin memberikan perlindungan dan akses terhadap pekerjaan yang layak bagi pekerja migran, yang sangat penting bagi keadilan sosial,” ujarnya.
“Mengatasi permasalahan kekerasan dan pelecehan yang marak terhadap pekerja migran perempuan di Asia Tenggara merupakan keharusan. Melalui program bersama ini, kita akan terus memperjuangkan hak, keselamatan, dan martabat mereka guna mewujudkan masa depan di mana semua migran perempuan dapat hidup dan bekerja dengan terbebas dari rasa takut dan eksploitasi,” kata Alia El-Yassir, Direktur Regional UN Women untuk Asia dan Pasifik.
Baca Juga:Soal Rasa Kita Sama, Cuma Pilihan Minimarket yang BerbedaKoalisi PKB-PKS Berlanjut ke Pilkada Majalengka?
“Anak-anak yang berpindah akan sangat rentan, terutama dalam konteks migrasi kerja,” ujar Debora Comini, Direktur Regional UNICEF untuk Asia Timur dan Pasifik.
“Mereka berisiko mengalami eksploitasi, pelecehan dan kekerasan; mereka kehilangan akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial. Kebijakan dan praktik migrasi harus peka terhadap anak dan menjunjung tinggi hak dan kepentingan terbaik setiap anak, apa pun status migrasi mereka.”
“Untuk memutus siklus eksploitasi dan kekerasan, perlindungan terhadap korban perdagangan orang dan migran yang diselundupkan sebelum dan selama proses peradilan pidana merupakan hal krusial,” kata Masood Karitipour, Perwakilan Regional UNODC untuk Asia Tenggara dan Pasifik.
“Di bawah proyek baru ini, UNODC akan membangun kerja sama dengan penegak hukum dan keadilan di wilayah tersebut, memastikan bahwa hak-hak korban terus ditegakkan dan pelaku kejahatan diadili.”
Proyek PROTECT, yang berlangsung hingga Desember 2026, merupakan hasil dan pembelajaran dari dua proyek sebelumnya yang didanai UE: Proyek ‘Safe and Fair: Mewujudkan hak dan peluang pekerja migran perempuan di kawasan ASEAN’, yang dilaksanakan oleh ILO dan UN Women, bekerja sama dengan UNODC pada 2018 hingga 2023 dan Proyek ‘Melindungi Anak-anak yang Terkena Dampak Migrasi di Asia Tenggara, Selatan dan Tengah’ yang dilaksanakan oleh UNICEF pada 2018 hingga 2022.***